Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tantangan Menikah Beda Agama. Pikirkan Dampaknya Sebelum Terlanjur

Menikah dengan tidak satu iman

Kehidupan masyarakat dengan penganut beda agama sangat memungkinkan terjadinya menikah beda agama. Ini sering terjadi dengan penganut masyarakat heterogen dimana penduduknya terdiri dari berbagai agama. Meskipun seringkali terjadi perdebatan namun kadang cinta lebih kuat pengaruhnya dari ribuan nasihat. Cinta membutakan segalanya termasuk buta dengan agama. Hirarki agama yang seyogyanya sebagai nilai akan kehidupan seringkali diabaikan atas nama dan mengejar cinta. Padahal cinta tidak pernah lari dari kehidupan. Menikah beda agama dianggap sebagai situasi yang mudah dihadapi. Belum tahu dia, tantangannya


Menikah beda agama melahirkan banyak tantangan yang bisa memicu terjadinya riak-riak rumah tangga. Karena krusialnya bisa menjadi konflik besar yang tidak terselesaikan. Untuk menyentuh masalah ini super hati-hati jangan sampai terjadi keseleo dalam tindakan dan peekataan. Menikah seagama saja bila tidak sepaham dengan satu masalah bisa meruncing kemana-mana. Menikah beda agama adalah keputusan dengan resiko besar. Walaupun pada kebanyakan kejadian akan memilih agama calon pasangannya tetapi ada pula yang keuh-keuh menjalani agamanya masing-masing meskipun sudah berada dalam satu bahtera yang sama.


Adapaun Tantangan-tantangan menikah beda agama, meski harus mengorbankan beberapa perasaan dalam dirinya karena seperti peribahasa berkata bahwa cinta itu kuat seperti dunia orang mati. Kekuatan cintalah yang mrelakan segalanya walau harus berdarah-darah dan pada akhirnya ada juga yang kollabs karena tidak kuat. Inilah tantangan Menikah beda agama yang harus dipahami jauh sebelum berpacaran dimulai:



1. Akan kehilangan momen sakral dari pernikahan beda agama.


Pemberkatan pernikahan
Pemberkatan pernikahan Kristen Protestan


Yang pertama akan mencari juru nikah yang bisa melegalkan pernikahan beda agama. Tidak semua organisasi keagamaan yang mau menikahkan beda agama. Meskipun ada peluang untuk tetap bisa menikah, hanya daerah atau kota tertentu saja yang bisa mendukung menikahkan pasangan beda agama tersebut. Tiap-tiap agama memiliki aturannya masing-masing dan sebagian besar agama memiliki aturan itu tidak memperbolehkan menikah beda agama. Namun jika pun ada aturan agama tertentu yang memperbolehkan pernikahan beda agama dan telah dilakukan pernikahan secara sah dalam agama tersebut tentu dengan memenuhi unsur syarat yang ditetapkan dan negara melegalkan. Dan memang menikah beda agama aturannya sangat rumit. Di Kristen saja menikah beda agama tidaklah diperbolehkan dan sebagai kata kuncinya dilambangkan terang yang tidak mungkin bersatu dengan gelap. Karena rumitnya pernikahan ini, Untuk bisa mendapatkan izin yang lebih mudah sebagian akan memilih menikah di luar negeri.


UU pernikahan
Undang-undang pernikahan


Tentu pernikahan akan disebutkan sakral jika dilakukan sesuai apa yang dipercayai. Rasa sakral itu akan hilang esensinya jika menikah beda agama. Justru menyatu dalam satu agama - satu iman, disitulah letak sakralnya sebuah pernikahan. Jika menikah tidak bisa dengan satu iman, bagaimana mungkin disebut sakral dilakukan dengan cara sakral? Menikah itu harus ada unsur kesepadanan baru bisa didapatkan pernikahan yang sakral.



Baca juga: 6 Tips Memilih Tipe Calon Pendamping Untuk Perkawinan Ideal


Penulis pikir, menikah bukan hanya dari akta nikahnya saja, perlu juga diperhatikan orang yang berkewajiban dan berwenang untuk menikahkan. Ada nilai yang tidak normatif menikah dengan seagama. Setidaknya doa-doa yang dipanjatkan akan lebih meneguhkan kepercayaan terhadap janji suci pernikahan.


2. Akan ada kebingungan siapa yang menjadi imam dalam ibadah.

Banyak sumber menyebutkan bahwa imam ibadah keluarga adalah pria. Lantas bagaimana. Pria akan meng-imami keluarga jika agama berbeda? Istri menjadi imam atas dirinya dan suamipun begitu. Ibadah sendiri-sendiri. Anaknya?
Tergantung ikut siapa, agama ibukah atau agama bapak. Yang jelas pergi ibadahpun sendiri-sendiri. Entah bagaimana rasanya. 2 bulan 3 bulan masih enak. Kalau sudah tahunan dimana enaknya coba? Jika dalam keluarga ada anak yang terbagi-bagi, anak akan lebih condong kepada siapa dia lebih dekat atau kepada siapa anak lebih banyak melakukan interaksi.




3. Pendidikan dini kepada anak akan mengalami benturan.


Menikah beda agama


Bagaimana cara mengajarkan ketuhanan kepada anak?
Mengajarkan satu prinsip saja terkadang susahnya minta ampun apalagi kalau sampai dua prinsip. Kalau anak disuruh memilih ajaran kepercayaan mana yang akan dipilih tentu belum bisa. Orang tua yang mengajarkan pengajaran apa yang akan diajarkan kepada keluarga. Akan menjadi sebuah dilema jika menikah beda agama. Apa yang terbayang jika melihat gambaran diatas. Karena beda agama tidak hanya terjadi bagi pasangan yang sudah menikah melainkan akan turun dan diajarkan juga kepada anak-anak. Lalu bagaimana pasangan beda agama akan mengajarkan kepada anak tentang prinsip ketuhanan sedangkan orang tua tidak bisa menyatukan pandangan mereka sebelum menikah?

Orang tua bisa saja menerima kenyataan bahwa sesungguhnya pahit menikah beda agama. Tetapi anak yang lahir dari pasangan beda agama harus dipikirkan juga. Jangan rasa pahit itu dikasih kepada anak.




4. Gejala perasaan bersalah.


Ibadah dengan cara masing-masing


Sulit membuktikan dan mengungkapkan perasaan bersalah ini untuk sekedar memberi peringatan kepada orang yang memilih beda agama. Perasaan ini dirasakan dari dalam dan kemungkinan tidak terlihat. Gejala ini akan terlihat setelah terjun langsung kepada situasi, turun ke tempat kejadian. Sebelum itu terjadi, tidak akan tahu bagaimana rasanya menikah beda agama. Tidak akan sampai kesana pemikiran karena itu tadi memang tidak terlibat. Manusia belajar dari apa yang dia bisa lihat dari lingkungan. Padahal boleh jadi yang paling menyakitkan adalah yang tidak kelihatan secara kasat mata. Kalau boleh, janganlah itu dialami karena sudah melihat dari orang lain telah alami. Jangankan untuk menikah beda agama, tanpa itupun orang bisa memiliki gejala memiliki perasaan  dan pengalaman rasa bersalah. Mengabaikan nasihat orang tua bisa menimbulkan perasaan bersalah apalagi sampai menikah beda agama.



5. Berkurangnya bahkan hilangnya makna dan aroma kebersamaan disaat perayaan agama.


Disaat mengadakan acara yang berhubungan dengan keagamaan, menikah beda agama dapat menimbulkan degradasi kebersamaan. Disatu sisi akan menambrak nilai-nilai agama dari yang dianutnya, disisi yang lain melaksanakan tugas sebagai pasangan. Ada nilai yang hilang saat acara perayaan. Bagaimanapun juga kebersamaan itu akan kehilangan keleluasaan karena sifatnya menjaga nilai agama tadi. Atau hanya sekedar menjaga toleransi. Secara prinsip berbeda dan prakteknya tentunya akan berbeda. Walau sebagian yang bisa menerima, apa iya akan bisa menerima semua prosesi yang dilaksanakan?  Bila semua bagian dari prosesi bisa diikuti oleh agama yang berbeda itu bukan beda agama namanya.



6. Bisa menimbulkan konflik keluarga

Akan lebih mudah mengakhiri pernikahan beda agama ketimbang yang tidak beda agama. Kalau melihat saat memutuskan untuk menikah, jarak itu sudah terjadi. Bayangkan, apakah bisa bergandengan tangan saat berdoa bersama? Rasanya jadi lucu yah? Terlalu jauh yah jaraknya. Atau.... Bayangkan, pergi kerumah ibadah saja sudah sendiri-sendiri, pembatas itu sudah ada sejak menikah. Ini faktor yang tidak bisa dikompromikan. Mungkin kedua pasangan bisa saling menahan perasaan tetapi bagaimna dengan keluarga. Beda agama akan menjadi celah yang besar masuknya pandangan dan pendapat yang bisa dengan leluasa menjudge dan memecah belah pernikahan. Pertimbangan ini yang mesti dipikirkan jauh sebelum memutuskan menikah. Apalagi saat menikah restu orang tua sangat minim. Kalaupun direstui tentu dengan persyaratan yang panjang setelah wejangan-wejangan yang tumplek blek. Berapa lama bisa bertahan dengan tekanan dan selalu disuguhkan beberapa pertimbangan kejalur lain?


Keluarga seringkali menjadi salah satu alasan bercerai. Orang tua seringkali memata-matai rumah tangga anaknya terutama yang tidak direstui. Bila mungkin ada peluang untuk memisahkan anak dari menantunya, itu akan dilakukan. Jika terbukti salah satu diantara mereka ada tidak berkenan siap-siap dibandingkan dengan orang lain sebagai jalur pertama menanamkan rasa sakit hati. Tidak sedikit keluarga yang fanatik terhadap agama yang berbeda dengan kepercayaan yang dianutnya yang menuntut harus bisa sejalan dengan kepercayaannya tersebut.



7. Banyaknya Menerima nyinyiran dan sindiran 


Contoh nyinyiran beda agama


https://twitter.com/elizabethayudya/status/1175534177921327104?s=09


Ada-ada saja yang tidak bisa menerima dan panas hati ada anggota keluarga atau masyarakat yang menikah beda agama. Memang karena sudah menjadi penyakit dimasyarakat bila ada yang tidak sepaham akan keluar kalimat-kalimat nyinyiran dan itu salah satu resiko menikah dan beda agama. Dan memang kenyataan itu tidak dapat ditampik apalagi dari keluarga besar sendiri. Tidak mudah anggota keluarga melepaskan dan membiarkan salah satu anggota keluarganya harus jalan sendiri-sendiri. Contohnya saja ke gereja misalnya, jika yang menikah beda agama menganut agama Kristen atau katolik. Pertanyaan pun tidak bisa tidak lepas jika ke gereja sendirian tanpa pasangan. Itu contoh kecilnya saja.


8. Dapat menimbulkan kekacauan saat terjadi kematian

Semua orang pasti akan menemui ajalnya. Ada kejadian yang mengharukan sekaligus menyedihkan ketika menikah beda agama. Kalau meninggal, agama mana yang mengurusi kematiannya?
Andaikan salah satu diantaranya ada yang terdahulu sedangkan kondisinya beda agama. Bisa bayangkan betapa rumitnya sakramen yang akan dijatuhkan. Bisa-bisa terjadi kekacauan karena ada kebingungan cara penguburannya, apakah sesuai dengan kepercayaan yang sudah meninggal yang seyogyanya berseberangan dengan yang sedang menghadapi kejadian. Bagaimana pula apabila anak saling berbeda pendapat? Penyatuan ini akan mengakibatkan persetegangan urat.

Pada intinya banyak keruwetan yang ditemui dalam pernikahan beda agama. Ini yang terlihat secara umum. Belum lagi keruwetan-keruwetan lain yang tidak ada hubungannya dengan menikah beda agama. Kalau bisa memilih yang sederhana dan tidak ruwet kenapa harus memilih yang ruwet. Toh jodoh pilihan masing-masing, dan Tuhan pasti menyediakan jodoh yang seiman, karena Tuhan tidak pernah ingin menyusahkan umatnya dengan pernikahan yang ruwet nan rumit. Hanya terkadang manusia terlalu nafsu sehingga dibutakan sendiri oleh nafsunya dan ujungnya menyusah mereka sendiri.

Post a Comment for "Tantangan Menikah Beda Agama. Pikirkan Dampaknya Sebelum Terlanjur"