Menciptakan Neraka Dalam Kehidupan Sendiri
Terlalu sadis pada diri sendiri bila berkeinginan menciptakan neraka dalam hidup sendiri. Padahal jauh dari kesadaran manusia, Tuhan menyediakan rupa-rupa kebutuhan supaya manusia memanfaatkan yang ada untuk dapat berlangsung hidup lama dan dapat menikmatinya dalam rona kebahagiaan.
Tuhan pun yang dipercaya ada di surga tidak senang bila manusia memilih untuk merasakan neraka terlebih dahulu di bumi sebelum neraka sesungguhnya. Maka manusia berpartisipasi mensukseskan hidup mereka sendiri supaya selama hidup tidak merasakan neraka di dunia ini.
Saya senang dengan ucapan seorang teman, "kenapa harus menciptakan neraka di dunia ini, belum tentu juga setelah mati masuk surga?" Ini pernyataan yang menggugah dan sangat logis sebagai bentuk penolakan dan ketidaksetujuannya akan prinsip yang "tidak perlu berusaha sekalipun bisa berkesempatan setidaknya mencicipi apa yang tersedia diluar sana, cukup melihat saja apa yang bisa dinikmati orang lain.
Ada semacam pandangan yang selama ini keliru yang sedang dibukakan saat berbicara soal neraka dan surga. Saya juga sependapat dengan ucapan teman itu. Kenapa harus neraka kalau bisa memilih sorga. Sebenarnya keinginan untuk memiliki itu ada, hanya saja enggan untuk bertindak. Ketidakmampuan memiliki seolah dibuat karena ketidakberdayaan. Padahal seandainya niatnya untuk memilih kehidupan sorga pasti ada pengejaran agar sorga dapat diraih.
Kenapa harus membiarkan diri tersiksa jika memungkinkan ada kesempatan untuk memperoleh apa yang dinginkan (sorga) sebab itu bisa saja bagian dari sumber kebahagiaan (sorganya) yaitu apabila menikmati hidup yang tarafnya lebih baik. Bukankah kesempatan itu sebuah keberuntungan yang bagi siapa saja ingin ada ditempat itu? Seberapa pun pasrahnya menerima kenyataan hidup, keinginan (hidup lebih baik - sorganya) pasti ada bagi setiap orang.
Orang sakit tahu bagaimana menderitanya tanpa kebebasan. Mau makan enak pada hal mampu, tapi tidak bisa melakukannya karena tersandung dengan sakit penyakit. Mau jalan-jalan untuk sekedar cuci mata, tapi tidak bisa karena tidak berdaya dengan sakit yang dideritanya. Mereka berusaha pulih dari keadaan itu supaya bisa kembali mengecap kenikmatan (surganya) yang pernah dirasakan sebelumnya. Namun, dibalik keinginan orang sakit untuk segera pulih agar bisa beradaptasi dengan lingkungan karena kenikmatan dan kebahagiaan juga ada di sana. Ada orang yang masih sehat bugar punya pikiran yang sehat tapi tidak bisa berpikir luas malah membiarkan dan menciptakan neraka dalam kehidupannya.
Berpikir bahwa dunia ini hanya sementara itu sah-sah saja. Anggap saja sebagai bagian persiapan menyambut surga kekekalan dan memang kalau mati pun tidak membawa apa-apa. Tapi sebagai orang yang dikarunia akal sehat tidak juga harus membiarkan diri miskin dan melarat. Keadaan miskin dan melarat pun menciptakan penderitaan yang sama saja neraka sementara.
Pemikiran itu menunjukkan betapa buruknya pola pikir dan prinsip yang dibangun. Betapa egoisnya kehidupan yang sedang diciptakan disana. Dan juga betapa teganya kepada anak-anak yang sudah dilahirkan kalau suatu waktu ajal tiba tidak ada meninggalkan warisan buat anaknya? Betapa koplaknya hidup demikian. Apa tidak kasihan kepada anak-anaknya jika rezekinya kurang baik harus ikut juga mengalami neraka di dunia?
Pada akhirnya akan tinggal cerita satu dua generasi bisa mengalami neraka-neraka kecil karena tidak bisa memetik kebahagiaan semasa hidupnya di dunia. Betapa sedihnya jika " di dunia hanya bisa merasakan neraka padahal ada kesempatan untuk menikmati sorga dunia.
Tuhan memberi pilihan untuk manusia mau neraka atau sorga, tergantung dari manusianya mau mengambil bagian yang mana. Manusia sendirilah yang harus berupaya memperbaiki taraf hidup supaya bisa menikmatinya surganya di dunia.
Saya kasih contoh bagaimana menciptakan sendiri neraka anda.
1. Ada satu orang pria mapan. Dalam hidupnya awalnya cukup bahagia. Semua yang dia butuhkan bisa saja dia penuhi. Secara keuangan terbilang mapan. Karena satu dan lain hal dia tertarik dengan keinginan untuk coba sesuatu yang baru namun itu sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan cara itu salah. Sebut saja narkoba atau perselingkuhan. Orang bodoh menyebutnya, kalau coba-coba itu nikmatnya beda. Tapi kalau sudah ketahuan konsekuensinya bisa penjara kalau ketahuan pengguna atau pengedar. Kalau perselingkuhan bisa berujung pertengkaran dan perceraian. Yang muncul adalah neraka.
Pelaku tersebut pun sebenarnya tahu, dibalik keinginan yang salah itu ada neraka menyambutnya. Namun karena hasratnya kuat ingin mencobanya, dia cuek dengan konsekuensi tersebut maka terciptalah neraka kecil itu. Kalau tidak tergelincir ya tidak jatuh. Tapi kalau sudah jatuh mau tidak mau harus terima konsekwensinya. Perbuatan inilah yang dimaksud dengan menciptakan neraka sendiri. Sudah tahu berbahaya masih tetap dilakukan.
2. Lagi ngobrol santai berdua sama teman. Entah mengapa pembicaraan kami sampai pada menciptakan Neraka sendiri di dunia ini yang mengisi pembicaraan kami.
Ada seseorang yang saya sendiri pun bingung menjelaskan orang itu, antara mau atau tidak mau berkembangan / maju. Kadang ingin memilki sesuatu benda yang dia lihat dari orang lain, lalu di lain waktu, bilang itu tidak dibawa mati (seolah tidak butuh apa-apa di dunia ini) kemudian adalagi, kalau dia ingin ada orang yang kasih baik berupa barang maupun uang untuknya.
Yang anehnya ia tidak ada keinginan mencapai sesuatu itu sebagai upaya memperlakukan hidupnya agar bisa lebih baik sesuai mimpinya, paling tidak lebih bergairah. Dibilang mati rasa tidak, mati gaya pun tidak. Ini sering memunculkan pertanyaan dihati saya. Ingin merasakan yang enak tetapi hanya menunggu pemberian orang. Usahanya hanya mengharap orang bersukarela memberi.
Orang demikian hanya pasrah akan keadaan padahal bila sesuatu diusahakan dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Bisa setidaknya sedikit naik kelas. Itulah yang dimaksud teman saya membiarkan dirinya hidup dalam neraka. Mengharapkan segera ajal menjemput sementara surga aja di dunia belum dirasakan.
Padahal Tuhan mempercayakan kesehatan yang memadai dengan tujuan bisa mempergunakan kesempatan itu sebaik dan semaksimal mungkin demi sebuah kesejahteraan. Walaupun ada kesempatan bisa mengharapkan uluran atau meminta bantuan orang lain atau teman maupun keluarga mendapatkan sesuatu yang di rasa perlu. Pikirkan juga perasaan anak atau keluarga, bukankah cara itu akan menghadirkan beban moral saat tahu ada keluarganya hidup sungkan untuk melakukan apa-apa padahal mampu bahkan memilih untuk bergantung pada orang lain sedangkan secara jasmani sehat? Bukan saja diri sendiri yang disuguhi hidup neraka, orang disekitar juga terkena imbasnya.
Setiap manusia layak mendapatkan kebahagiaan bukan neraka. Raih dan nikmati kebahagiaan itu, raih sorga itu sekalipun masih di dunia. Raihlah yang anda sukai selama itu di jalur yang benar. Biar kelak anda punya cerita, entah ditempatkan di neraka abadi atau surga abadi bahwa sesungguhnya di dunia ini anda telah menikmati sorga di dunia. Kelak anda tidak menyesal pernah lahir ke dunia dengan segala kerja kerasnya dan anda sukses menikmatinya.
3. Saya sering bertemu orang yang suka kebablasan. Terkadang keinginan itu lebih kuat dari pada kemampuan akhirnya berujung pada kemelaratan.
Orang yang tidak dapat mengendalikan keinginan hatinya untuk sesuatu seringkali menjeratnya masuk dalam kehidupan neraka. Pepatah Indonesia berkata: besar pasak dari tiang. Kalau gaji tidak bisa mengimbangi pengeluaran maka terciptalah neraka. Belajar memahami proporsi sendiri itu jauh lebih baik untuk menghindarkan diri dari utang yang menumpuk. Utang yang menumpuk dan tagihan kredit yang mencekik menjadi neraka sebab tidak sedikit orang yang akhirnya memilih jalan mulus masuk neraka kekal.
4. Ada sahabat lama saya yang sudah sejak lama go ware ingin memiliki rumah. Saya standby menunggu kabar baik dari dia kapan dealnya dia beli rumah yang sudah lama sekali diwacanakan. Setiap bertemu yang tidak pernah lupa dia bicarakan rumah dan rumah.
Harapan punya rumah itu sangat besar. Yang menjadi masalah rumah impian itu tidak jadi jatuh ke tangannya. Sampai artikel ini terbit keinginan memiliki rumah itu belum terealisasi. Seandainya di tahun awal perencanaan diputuskan untuk membeli, pastinya kreditnya sudah separuh jalan. Wacana hanyalah akan menjadi wacana kalau tidak ada ketetapan hati.
Pertimbangan itu penting, tetapi terlalu lama menimbang kesempatan bisa diambil oleh orang lain. Bertahun-tahun hanya fokus memikirkan satu masalah itu sangat melelahkan. Kalau ada kesempatan dan kondisi keuangan bisa dikompromikan kenapa harus membuang-buang waktu disitu-situ saja. Bukankah itu akan jadi neraka yang menyiksa siang malam hanya karena terlalu berstandar tinggi? Gagal dan gagal lagi. Kayak bangsa Israel muter-muter di Padang gurun selama 40 tahun lamanya. Capek bro.
Jangan paksakan yang lebih tinggi jika kemampuan uang hanya untuk standar RSS atau rumah susun dan harga paling murah. Tak usah malu dan memikirkan gengsi karena orang lain mampu untuk yang standard di atas dari standard kita. Buang jauh-jauh ingin sama dengan orang lain karena kalau berpatokan pada standar orang lain anda sedang memaksa jiwa dan pikiran masuk neraka.
5. Yang di sebut jodoh bisa saja jadi awal neraka dalam kehidupan pernikahan. Ada banyak pernikahan yang dilakukan dengan terburu-buru. Belum waktunya menikah sudah menikah. Ada yang ingin senang-senang, ada yang dipaksa demi uang, ada pula karena sering berdua-duan ditempat yang tidak sewajarnya sehingga orang tua membuat tindakan segera mengawinkan karena takut sudah di rusak.
Pernikahan itu bukan hanya hari ini saja, masih sangat panjang perjalanannya. Menikah itu bukan hanya urusan tidur bersama berdua orang yang disayangi lalu menyimpulkan itulah perjalanan pernikahan. Jangan sok tahu kamu...😄.
Itu hanya bagian cerita pendeknya saja, belum tahu dia bagian cerita panjangnya. Kalau tidak ada beras di rumah apa bisa bahagia tidur dengan orang yang tidak bisa menyediakan beras di rumah? Cinta tidak bisa dimakan. Apa tidak malu minta numpang makan kerumah orang tua atau saudara?
Seringkali penyesalan datang setelah tahu bahwa ternyata tidak benar taik ayam itu berasa coklat. Itu hanya terjadi dimasa pacaran pas lagi sayang-sayangnya. Setelah menikah semuanya hanyalah mitos yang dikarang-karang yang memanipulasi serta menyesatkan. Yang ada kebalikannya. Kalau tidak bisa mengatasi banyak masalah rumah tangga, maka terbitlah neraka yang membakar. Maka akan ada banyak orang yang berkata: pernikahanku seperti ada dineraka. Aku menyesal telah menikah dengannya. Ternyata dia bukan orang baik. Maka saya akan bilang: makan itu taik ayam yang anda sebut rasa coklat. Sudah tahu kan, siapa yang berperan menciptakan neraka itu?
6. Ini yang terakhir ya.
Ada orang-orang tertentu yang setelah melakukan pemeriksaan klinis di anjurkan oleh dokter untuk menjaga ketat pola makan dan olahraga yang teratur karena rentan terserang penyakit. Atau sudah memiliki riwayat penyakit yang bila diabaikan atau melanggar akan berakibat fatal. Namun, karena tidak tahan godaan larangan itu di abaikan.
Penyakit yang tadinya bisa di tekan akhirnya kambuh. Bisa stroke, serangan jantung, asam lambung dll yang menimbulkan penderitaan panjang. Kalau mau hidup sehat sampai tua, jauh sebelum anda tua jagalah kesehatan. Jagalah pola makan dari sifat berlebih supaya sebelum menjadi tua tidak banyak pantangan: tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu. Pada saat anda tidak bisa menikmati hidup anda sedang berada kawasan bebas surga. Atau dengan kata lain, anda sedang masuk dalam zona merah alias zona neraka.
Cukup enam saja ya contoh yang menciptakan neraka dalam kehidupan sendiri. Masih banyak contoh-contoh lain. Kalau semua dibahas bisa tujuh hari tujuh malam. Lelah adek bang.
Jangan lupa share ya supaya orang mulai menciptakan sorga bagi dirinya dan orang-orang disekitarnya. Salam perjuangan.
Post a Comment for "Menciptakan Neraka Dalam Kehidupan Sendiri"