Penyebab Tidak Betah Kerja Kantor Dan Ingin Buru-Buru Berhenti
Memang, ada faktor yang membuat kita terkadang tidak betah kerja di kantor meskipun kita menyadari bahwa pekerjaan itu sangat penting bagi kita dan merupakan sumber penghasilan kita. Tampaknya hal ini banyak dialami oleh teman atau kerabat yang sedang bekerja. Banyak hal yang mendorong seseorang tidak betah lagi selalu duduk di belakang meja. Terkadang akan lebih menyenangkan jika pekerjaan berada di luar ruangan meski berpanas-panasan tanpa ac.
Selain dari banyak hal yang mempengaruhi kita saat berada dikantor yang sebenarnya cukup melelahkan, ada juga yang membuat kita tidak lagi betah bekerja dan ingin sesegara keluar dari pekerjaan itu. Berikut alasan yang membuat tidak betah lagi bergabung dengan perusahaan.
1. Rasa Bosan pada Pekerjaan yang begitu-begitu tidak ada kemajuan
Sebenarnya wajar saja jika kamu mengalami kebosanan dalam suatu pekerjaan apalagi yang dikerjakan itu-itu saja. Pagi sudah berangkat kerja sore baru pulang. Di tempat kerja kembali melakukan aktivitas yang sama, dan itu-itu lagi. Tidak ada variasi yang membuat merasa tertantang untuk meningkatkan kembali semangat.
Meskipun demikian rasa bosan yang dialami seseorang tidak selalu berdampak buruk. Bisa saja lewat rasa bosan yang di rasakan melahirkan inspirasi baru yang mendorong kamu untuk melahirkan kreativitas. Jika kebosanan ini diimbangi dengan sebuah performa bisa jadi dengan rasa bosan tersebut bisa membantu menemukan apa yang selama ini terpendam dalam diri kamu.
Apabila rasa bosan datang, buatlah itu awal memulai sesuatu yang baru. Jangan pernah menjadikan kebosanan itu sebagai alasan tidak berbuat apa-apa. Kamu harus pastikan bahwa bisa menciptakan semangat atau spirit yang baru untuk membangun diri kamu kearah kemajuan. Jangan biarkan kebosanan mengakhiri langkah kamu. Bila itu menghinggapimu saat ini, tandanya kamu tidak ingin berlama-lama disana. Saatnya membenahi diri kamu supaya saat benar-benar bosan dan ingin keluar kamu sudah siap menghadapi tantangan diluar.
Tips dan solusi
Kamu dapat mengatasi kebosanan ini dengan mengambil cuti dan habiskan waktu dengan berlibur. Apabila rasa bosan datang, buatlah itu awal memulai sesuatu yang baru. Jangan pernah menjadikan kebosanan itu sebagai alasan tidak berbuat apa-apa. Kamu harus pastikan bahwa bisa menciptakan semangat atau spirit yang baru untuk membangun diri kamu kearah kemajuan. Jangan biarkan kebosanan mengakhiri langkah kamu. Bila itu menghinggapimu saat ini, tandanya kamu tidak ingin berlama-lama disana. Saatnya membenahi diri kamu supaya saat benar-benar bosan dan ingin keluar kamu sudah siap menghadapi tantangan diluar.
Tips dan solusi
2. Gaji tidak sesuai dengan harapan
Standar UMP/UMR yang di tetapkan oleh pemerintah di suatu daerah membuat para pekerja di perusahaan tidak bisa berbuat banyak atau menuntut yang macam-macam. Banyak pertimbangan yang mengharuskan untuk tetap bertahan meski gaji tidak sesuai yang diharapkan atau memilih untuk keluar.
Rata-rata gaji di perusahaan sudah ada,. Mungkin hanya bisa mencari sedikit yang agaknya berbeda dari yang biasa diterima. Jika ada yang lebih besar, resiko pun lebih besar yang akan dipertanggungjawabkan.
Berbagai polemik terjadi jika berhadapan dengan masalah gaji yang tidak sesuai. Saya banyak bertemu orang dari perusahaan yang berbeda dan dengan sistem penerapan gaji yang berbeda pula. Tetapi memang selalu ada perbedaan dari tiap- tiap perusahaan dari penggajian meskipun itu jenis usaha yang sama. Entah bagaimana itu bisa itu terjadi, apakah selalu ada kaitan dengan sulitnya gaji bersaing karena pengaruh bekerja di kantor berstruktur dinasti keluarga? Tetapi gaji yang tidak sesuai harapanlah salah satu faktor yang membuat seseorang tidak betah kerja kantoran.
Memang jika membicarakan masalah gaji tidak ada habisnya, selalu ada yang dibahas. Padahal ini bisa mengundang panas hati mereka jika telah mengeluarkan uneg-uneg mereka tentang gaji yang mereka terima. Gaji besar selalu jadi incaran semua orang karena gaji menentukan standar atau taraf hidup seseorang dilingkungan masyarakat.
Rata-rata gaji di perusahaan sudah ada,. Mungkin hanya bisa mencari sedikit yang agaknya berbeda dari yang biasa diterima. Jika ada yang lebih besar, resiko pun lebih besar yang akan dipertanggungjawabkan.
Berbagai polemik terjadi jika berhadapan dengan masalah gaji yang tidak sesuai. Saya banyak bertemu orang dari perusahaan yang berbeda dan dengan sistem penerapan gaji yang berbeda pula. Tetapi memang selalu ada perbedaan dari tiap- tiap perusahaan dari penggajian meskipun itu jenis usaha yang sama. Entah bagaimana itu bisa itu terjadi, apakah selalu ada kaitan dengan sulitnya gaji bersaing karena pengaruh bekerja di kantor berstruktur dinasti keluarga? Tetapi gaji yang tidak sesuai harapanlah salah satu faktor yang membuat seseorang tidak betah kerja kantoran.
Memang jika membicarakan masalah gaji tidak ada habisnya, selalu ada yang dibahas. Padahal ini bisa mengundang panas hati mereka jika telah mengeluarkan uneg-uneg mereka tentang gaji yang mereka terima. Gaji besar selalu jadi incaran semua orang karena gaji menentukan standar atau taraf hidup seseorang dilingkungan masyarakat.
3. Atasan yang egois dan tidak menyenangkan
Berbagai typikal orang yang bisa kita jumpai dilingkungan kerja yang membuat tidak betah kerja. Termasuk atasan. Jika keberadaan atasan tidak bisa membantu setidaknya sedikit dari masalah, bisa saja kamu gerah. Cara menyikapi bawahan yang suka menjatuhkan malah bisa menambah masalah baru dalam pekerjaan.
Bukan hanya rasa malas yang datang jika atasan egois dan tidak menyenangkan tetapi juga membuat kaki ingin segara melangkah keluar karena seolah-olah keberadaan atasan tidak membantu dalam menyelesaikan masalah. Atasan seyogyanya sebagai penengah, jika tidak melakukan tanggungjawabnya sebagai atasan, apa gunanya berlama-lama. Sebagai atasan tidak boleh jika sudah mendapatkan apa yang diinginkan lalu berbalik mengabaikan hak bawahannya yang seyogianya rekan sekerja yang saling membantu dalam menyelesaikan masalah dalam pekerjaan mereka.
Bukan hanya rasa malas yang datang jika atasan egois dan tidak menyenangkan tetapi juga membuat kaki ingin segara melangkah keluar karena seolah-olah keberadaan atasan tidak membantu dalam menyelesaikan masalah. Atasan seyogyanya sebagai penengah, jika tidak melakukan tanggungjawabnya sebagai atasan, apa gunanya berlama-lama. Sebagai atasan tidak boleh jika sudah mendapatkan apa yang diinginkan lalu berbalik mengabaikan hak bawahannya yang seyogianya rekan sekerja yang saling membantu dalam menyelesaikan masalah dalam pekerjaan mereka.
4. Tempat kerja terlalu Jauh dari rumah
Sebelum mengajukan lamaran di sebuah perusahaan tentu sudah tahu kendala-kendala yang akan di hadapi jika sudah di terima bekerja, termasuk lokasi rumah. Bukan hanya jarak tempuh yang menghabiskan banyak waktu tetapi juga biaya transportasi yang mahal. Bagaimana tidak jika jarak tempuh 1 sampai 2 jam perjalanan, capek dan biaya transport yang mahal ditambah masalah keamanan saat dalam perjalanan yang harus diperhatikan. Meskipun gaji besar jika keamanan tidak terjamin tentu menjadi sebuah alasan jika tidak betah kerja dan akan lebih mengutamakan keselamatannya dari pada sekedar mengejar uang.
5. Perusahaan tidak perduli kepada nasib karyawan
Apa memang ada perusahaan tidak perduli kepada karyawannya? Tentu ada. Perusahaan atau kantor tempat bekerja memikirkan keuntungan, memikirkan bagaimana perusahaan dapat bertumbuh pesat, mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya tetapi mengabaikan kesejahteraan karyawan. Karyawan sebagai tonggak penopang kemajuan perusahaan, jika tidak didukung dengan kepedulian terhadap kesejahteraan, maka pekerja akan mencari tempat yang bisa memberikan itu padanya.
Perusahaan yang tidak peduli akan nasib karyawan, yang merasa tidak adanya penghargaan yang setimpal, membuat karyawan bermalas-malasan. Seorang profesionalita tentu mengharapkan bayaran yang setimpal. Dengan begitu perusahaan juga diuntungkan, karyawan menerima haknya dengan tepat. Sayangnya terlalu banyak pengusaha yang tidak mempedulikan hal ini dan menganggap pekerja sebagai budak yang layak di perlakukan dengan tidak semestinya.
Perusahaan yang tidak peduli akan nasib karyawan, yang merasa tidak adanya penghargaan yang setimpal, membuat karyawan bermalas-malasan. Seorang profesionalita tentu mengharapkan bayaran yang setimpal. Dengan begitu perusahaan juga diuntungkan, karyawan menerima haknya dengan tepat. Sayangnya terlalu banyak pengusaha yang tidak mempedulikan hal ini dan menganggap pekerja sebagai budak yang layak di perlakukan dengan tidak semestinya.
6. Hari dan jam kerja terlalu panjang
Selanjutnya, yang membuat tidak betah bekerja di kantor atau diperusahaan adalah jam kerja yang terlalu panjang. Gejala rasa bosan sering dialami dengan panjangnya waktu dikantor, dan hanya sedikit buat keluarga.
Jam normal di perusahaan 8 jam per hari, itu artinya 33 persen waktu kamu ada di lingkungan kerja setiap harinya. Apakah menurut kamu ini waktu yang panjang?Jawabannya berbeda-beda. Apabila jam kerja ditambahkan dengan lembur, berapa waktu yang tersisa bagi anda berada di rumah dan bersama keluargga?
Jam normal di perusahaan 8 jam per hari, itu artinya 33 persen waktu kamu ada di lingkungan kerja setiap harinya. Apakah menurut kamu ini waktu yang panjang?Jawabannya berbeda-beda. Apabila jam kerja ditambahkan dengan lembur, berapa waktu yang tersisa bagi anda berada di rumah dan bersama keluargga?
Jika keputusan kamu memilih berhenti karena ingin memulai bisnis yang baru adalah suatu keputusan yang baik dan tepat. Setidaknya kamu tidak lagi berada dalam bayang-bayang atasan, kamu memilih menjadi bos atas diri kamu sendiri dan usaha kamu. Dalam perjalanan menjalankan usaha sering terjadi pasang surut, tetapi apabila kamu tetap tekun kamu bisa sukses.
Bekerja pada orang lebih banyak sedihnya dari pada senangnya. Melakukan kesalahan sedikit saja atau kelalaian kecil pasti kena marah. Apalagi sudah tua masih di marah-marah euuiiiihhh sakitnya tuh disini!...
Bekerja pada orang lebih banyak sedihnya dari pada senangnya. Melakukan kesalahan sedikit saja atau kelalaian kecil pasti kena marah. Apalagi sudah tua masih di marah-marah euuiiiihhh sakitnya tuh disini!...
Saran:
Sebelum memasuki masa pensiun usahakan sudah memiliki usaha. Terserah jenis usaha apa yang penting kamu punya penghasilan untuk menopang keuangan sesudah keluar dari perusahaan.
Sebelum memasuki masa pensiun usahakan sudah memiliki usaha. Terserah jenis usaha apa yang penting kamu punya penghasilan untuk menopang keuangan sesudah keluar dari perusahaan.
Kendala terbesar bagi wanita yang bekerja di perusahaan adalah tersitanya waktu ditempat kerja sehingga kurang fokus untuk keluarga. Selama masih bekerja, anak-anak berada dibawah asuhan orang lain yang tentu tidak bisa full mengawasi tumbuh kembang anak.
Memang terkadang keadaan ekonomi menuntut para wanita ikut andil dalam mencari uang dengan bekerja diperusahaan atau kantor. Anak - anak mereka percayakan dalam asuhan orang tua (nenek, kakek) dan jika memiliki penghasilan besar, mereka membayar baby sitter.
Menyewa baby sitter membutuhkan biaya besar, pakai pengasuh yang tidak pengalaman, takut nasib nasib anak terancam. Untuk menyikapi kasus seperti ini, ibulah yang mengalah. Pada akhirnya memilih untuk keluar dari pekerjaan untuk fokus pada pengurusan keluarga.
Memang terkadang keadaan ekonomi menuntut para wanita ikut andil dalam mencari uang dengan bekerja diperusahaan atau kantor. Anak - anak mereka percayakan dalam asuhan orang tua (nenek, kakek) dan jika memiliki penghasilan besar, mereka membayar baby sitter.
Menyewa baby sitter membutuhkan biaya besar, pakai pengasuh yang tidak pengalaman, takut nasib nasib anak terancam. Untuk menyikapi kasus seperti ini, ibulah yang mengalah. Pada akhirnya memilih untuk keluar dari pekerjaan untuk fokus pada pengurusan keluarga.
Bagi yang tidak terbiasa kerja di perusahaan mereka tidak betah berlama-lama yang selalu mengikat waktu mereka. Mereka lebih memilih bekerja apa saja yang penting bisa bebas menggunakan waktunya sesuai keinginannya yang penting uang terus mengalir.
Sungguh sangat tidak enak diikat dengan aturan waktu perusahaan yang serba ketat. Ketentuan-ketentuan jam kerja, membuat hidup mengalami kekakuan. Kamu yang diatur waktu, bukan kamu yang mengatur waktu.
Bagi sebagian orang memang itu tidak masalah karena aturan jam kerja yang di terapkan oleh perusahaan melatih seseorang mendisiplinkan diri. Dengan jadwal yang sudah terstruktur dengan baik tinggal menjalankan aturan yang sudah ada. Tetapi untuk sebagian orang itu menjadi sebuah alasan tidak ingin bekerja di perusahaan, karena ingin manajemen sendiri waktu yang ada.
Sungguh sangat tidak enak diikat dengan aturan waktu perusahaan yang serba ketat. Ketentuan-ketentuan jam kerja, membuat hidup mengalami kekakuan. Kamu yang diatur waktu, bukan kamu yang mengatur waktu.
Bagi sebagian orang memang itu tidak masalah karena aturan jam kerja yang di terapkan oleh perusahaan melatih seseorang mendisiplinkan diri. Dengan jadwal yang sudah terstruktur dengan baik tinggal menjalankan aturan yang sudah ada. Tetapi untuk sebagian orang itu menjadi sebuah alasan tidak ingin bekerja di perusahaan, karena ingin manajemen sendiri waktu yang ada.
.
Ini dia yang saya maksud apa alasan selanjutnya yang membuat tidak betah bekerja di perusahaan ataupun kantor. Kamu bekerja memang dibayar sesuai kapasitasnya. Dengan bekerja di perusahaan pendapatan memang terbatas karena memang standar upah sudah diatur. Tetapi seberapa banyak para pekerja yang bekerja dibayar sesuai standard umr atau umk ?
Kapasitas sebagai karyawan tidak luput dari perintah perusahaan yang mengharuskan ini dan itu dan tunduk kepada atasan atau pemimpin perusahaan. Syukur- syukur perintah itu tidak salah. Kenyataannya, sering kali aturan perusahaan menabrak hati nurani dan melanggar hukum. Apa jadinya jika perintah perusahaan melanggar hati nurani dan melanggar hukum dan bikin dosa? Bayangkan tidak nyamannya bekerja dengan perusahaan yang menerapkan itu pada karyawannya. Ada dua kemungkinan jika kamu tidak ingin jadi karyawan atau bawahan perusahaan :
Kapasitas sebagai karyawan tidak luput dari perintah perusahaan yang mengharuskan ini dan itu dan tunduk kepada atasan atau pemimpin perusahaan. Syukur- syukur perintah itu tidak salah. Kenyataannya, sering kali aturan perusahaan menabrak hati nurani dan melanggar hukum. Apa jadinya jika perintah perusahaan melanggar hati nurani dan melanggar hukum dan bikin dosa? Bayangkan tidak nyamannya bekerja dengan perusahaan yang menerapkan itu pada karyawannya. Ada dua kemungkinan jika kamu tidak ingin jadi karyawan atau bawahan perusahaan :
A. Ingin jadi bos untuk diri sendiri
Apabila kamu berkeinginan jadi bos itu lompatan yang bagus dan kamu harus serius untuk itu. Menjadi orang sukses harus punya target untuk menjadi apa setelah ini. Meskipun kamu harus menjalani nya dari nol, bahkan menjadi seorang bawahan. Yang penting progres untuk menjadi bos bisa terealisasi sesuai harapan.
Tentu, untuk memperoleh jabatan sebagai bos bukan perkara mudah. Sering kali pasang surut menemui langkahmu. Kamu harus selalu konsisten untuk mengejarnya, dan jangan pernah rasa jenuh menghalangi langkahmu.
Tips dan solusi: Selama menjadi bawahan, jangan sia-siakan waktu yang sudah kamu habiskan selama menjadi karyawan. Pastikan dirimu bisa menguasai ilmu-ilmu dimana kamu bekerja. Pengalaman itu sangat berguna untukmu setelah kamu melepaskan diri dari perusahaan itu. Buat prinsip selama bekerja, belajar sambil cari uang.
Tentu, untuk memperoleh jabatan sebagai bos bukan perkara mudah. Sering kali pasang surut menemui langkahmu. Kamu harus selalu konsisten untuk mengejarnya, dan jangan pernah rasa jenuh menghalangi langkahmu.
Tips dan solusi: Selama menjadi bawahan, jangan sia-siakan waktu yang sudah kamu habiskan selama menjadi karyawan. Pastikan dirimu bisa menguasai ilmu-ilmu dimana kamu bekerja. Pengalaman itu sangat berguna untukmu setelah kamu melepaskan diri dari perusahaan itu. Buat prinsip selama bekerja, belajar sambil cari uang.
B. Tidak suka di atur-atur orang lain
Anda tidak suka diatur-diatur? Saya juga tidak suka diatur-atur, tapi saya mau kok diatur. Kalau saya diatur-atur, rasanya seperti dilecehkan. Inilah yang dialami sebagian orang mengapa mereka lebih memilih keluar dari perusahaan dari pada tetap bertahan.
Sangat tidak etis jika diatur-atur meskipun dalam hal kecil, seolah-olah kita tidak bisa kerja apalagi yang membuat aturan tersebut atasan yang masih berumur lebih muda dari kita, tentu sangat tidak menyenangkan bukan? Disitu rasanya harga diri kita sebagai yang lebih tua sepertinya ditelanjangi dan itu membuat kita tidak betah bekerja.
Sangat tidak etis jika diatur-atur meskipun dalam hal kecil, seolah-olah kita tidak bisa kerja apalagi yang membuat aturan tersebut atasan yang masih berumur lebih muda dari kita, tentu sangat tidak menyenangkan bukan? Disitu rasanya harga diri kita sebagai yang lebih tua sepertinya ditelanjangi dan itu membuat kita tidak betah bekerja.
Sebetulnya hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja atau pegawai atau karyawan sudah diatur dalam Undang-undang pengupahan sebagaimana pengusaha membayarkan hak karyawan atau pekerja sesuai aturan tersebut dan apa kewajiban pekerja terhadap perusahaan. Dalam prakteknya tidak selalu berjalan mulus sesuai kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja.
Adanya kelalaian atau pun kesengajaan pelanggaran yang dilakukan pengusaha dalam membayar hak karyawan demi keuntungan perusahaan semata membuat sebagian pekerja merasa tidak betah dalam naungan perusahaan dimana ia bekerja. Ada praktek yang dibuat pengusaha yang bisa saja tidak sesuai aturan kepegawaian, misalnya:
Adanya kelalaian atau pun kesengajaan pelanggaran yang dilakukan pengusaha dalam membayar hak karyawan demi keuntungan perusahaan semata membuat sebagian pekerja merasa tidak betah dalam naungan perusahaan dimana ia bekerja. Ada praktek yang dibuat pengusaha yang bisa saja tidak sesuai aturan kepegawaian, misalnya:
a. Kelebihan jam kerja yang tidak diperhitungkan sebagai lembur.
b. Upah karyawan dibayarkan tidak sesuai UMK/UMR.
c. Upah karyawan baru masuk menyamai upah yang sudah puluhan tahun bekerja.
d. Pesangon tidak dibayarkan kepada orang berhenti atau mengundurkan diri dari pekerjaan meskipun sudah puluhan tahun bekerja.
e. tidak memberi bonus kepada pekerja sesuai UU tentang pengupahan.
f. Penetapan libur nasional dan cuti bersama tidak dijalankan dengan benar.
Tekanan memaksa harus bekerja keras yang menguras pikiran dan tenaga. Pada umumnya perusahaan memiliki target yang harus dicapai pada periode tertentu, misalnya, closing bulanan, triwulan atau semester. Setiap bagian-bagian tertentu di tuntut agar selalu mencapai target yang sudah ditentukan oleh perusahaan dan itu harus bisa di capai. Jika tidak bisa mencapainya maka harus siap menerima ocehan-ocehan dari atasan bahkan tak jarang kata makian.
Sebenarnya bukan pekerjaannya yang membuat stres tetapi lebih mengarah kepada perilaku atasan yang selalu banyak tuntutan jika tidak sesuai harapannya. Jika terus ditekan atasannya maka juga akan balik menekan bawahannya. Inilah yang membuat pekerja merasa tidak bisa bertahan dan akhirnya mengundurkan diri.
Sebenarnya bukan pekerjaannya yang membuat stres tetapi lebih mengarah kepada perilaku atasan yang selalu banyak tuntutan jika tidak sesuai harapannya. Jika terus ditekan atasannya maka juga akan balik menekan bawahannya. Inilah yang membuat pekerja merasa tidak bisa bertahan dan akhirnya mengundurkan diri.
Itulah alasan mengapa kamu tidak betah dan ingin mengundurkan diri dari pekerjaan. Semoga artikel ini menjadi motivasi dan bermanfaat.
Post a Comment for "Penyebab Tidak Betah Kerja Kantor Dan Ingin Buru-Buru Berhenti"