Cinta itu Buta; Saking Butanya, Sampai Tidak Bisa Lihat Bahaya Mengancam Didepan Matanya
Di saat pemerintahan menerapkan sosial/ physical distancing, demi menghindari terjangkitnya virus Corona masih ada yang tidak peduli. Bahkan rumah tinggal pun yang sudah diterapkan Social / physical masih sengaja ada orang-orang bodoh yang sengaja ingin menantang maut. Masih mengajak pacar yang belum jelas itu datang ke rumah hanya sekedar memuaskan rindu rela nyawanya taruhannya. Hadeh..... Kalau mau mati mati saja sendiri. Sekalian bawa pacar yang membuat matamu dan hatimu buta
Rasanya pengen di pitas-pitas itu kepala.
Anak muda yang kebablasan dengan cinta buta.
Baru pacaran saja sudah lebih-lebih orang yang sudah menikah. Dengan alasan sudah lama tidak ketemu. Bagaimana orang dirumah sakit sana yang merawat orang lain rela tidak pulang kerumahnya deni menjaga keselamatan keluarganya supaya tidak tertular atau bagaimana orang para keluarga yang tidak bisa pulang ketemu anak istrinya demi keselamatan semuanya? Ini baru pacaran lagaknya sudah selangit, alasan lama tidak ketemu. Emangnya mau ngapain? Barang apa yang sudah dikasih sama cowok atau cewek hingga segitunya perjuangan untuk ketemuan di musim pandemi begini? Mau-maunya saja menantang badai hanya buat ketemuan. Rindu dicium, rindu dibelai atau rindu yang lain?
Kadang sebagai orang tua dan kerabat pengen rasanya marah dan siram itu pasangan yang gara-gara cinta buta tidak bisa berpikir buat kepentingan orang lain. Nafsu membuat buta tidak bisa melihat bahaya.
Pasangan yang status pacaran tidur sama-sama semalam-malaman tanpa ikatan pernikahan?
Bisa bayangkan apa yang terjadi? Wah ini anak muda ngapain saja berduaan dalam satu kamar? Yakin tidak ada setan penggoda? Yakin tidak ngapa-ngapain? Istilah orang sering sebutkan : mana ada kucing yang menolak ikan asin, kecuali kucingnya sakit.
Generasi sekarang banyaklah rusaknya daripada baiknya. Tidak ada malunya, tidak pikir kiri kanan ada tetangga.
Kalau tidak tahan kawin saja, jangan buat rusak peradaban dunia, entar tekdung tidak siap hadapi kenyataan. Nangis ngemis-ngemis yang repot orang tuamu dan keluarga yang lain.
Tempat kos menjadi tempat ideal melakukan mesum.
Era kebebasan adalah era kebablasan. Mereka sesuka hati melakukan apa yang diinginkan hatinya. Tak peduli apa kata orang apa kata tetangga. Mereka menutup mata dan menutup telinga untuk itu. Mereka terbakar oleh api asmara cinta buta. Mereka memilih jauh dari anggota keluarga memilih untuk kos atau tinggal dalam rumah yang bisa bebas melakukan apa yang diinginkan hatinya. Bebas mengajak lawan jenisnya masuk kamarnya. Bebas kencan kapan saja tanpa ada yang mengontrol. Di kos atau mess banyak yang memberikan kelonggaran, mereka memilih tinggal di tempat-tempat beginian supaya bisa leluasa untuk pacaran.
Tanpa orang yang usik dan memperdulikan apa yang dilakukan dalam kamar kos atau mes. Bukannya soudzon, laki-laki normal tidak mungkin tidak nafsu dengan wanita. Kecuali laki-laki sakit dan tidak normal. Jangankan pacar, jika kebiadaban sudah merasuki pria, jangankan pacar anaknya sendiri bisa diembatnya. Apalagi kamu yang hanya pacar, yang hari itu juga bisa putus dan ditendang dari kehidupannya.
Kalau dalam kamar berduaan dalam waktu yang lama semalam ada 12 jam. Bagaimana laki-laki dapat menahan nafsunya? Dalam hal ini tidak ada istilah positif thinking. Jelas ada tindakan yang tidak lazim dilakukan orang pacaran disitu. Kalau tidak demikian, ngapain harus sampai menginap kalau tidak ada sesuatu dalam otaknya. Apalagi kalau bukan dosa di dalamnya. Jelas ada perbuatan mesum didalamnya.
Bagusnya orang dalam kamar berduaan yang bukan suami istri digrebek.
Terserah, mau dikawinkan apa mau diapakan. Agar sekiranya dapat memberikan efek jera dan sanksi sosial bagi yang sering kumpul bareng dalam kamar kos. Pacaran saja sudah sesumbar, kayak udah suami istri saja, kayak tidak berakal lagi. Jangankan tidur dalam semalam, ketemuan dalam hitungan jam saja, pria biasanya suka ini itu. Jangan dikira pria itu malaikat yang tidak bernafsu.
Tidak elok dalam pemandangan, laki-laki yang suka menginap dikamar cewek atau cewek suka nginap dikamar cowok. Apapun alasannya, tetap akan menjadi pandangan buruk kepada cewek. Jangan dikira orang tua disekitarnya orang yang lugu dan tidak paham apa yang dilakukan saat dua orang yang sedang berpacaran menginap dalam kamar.
Saya sering katakan dengan istilah saya : jangan sampai jadi kecambah. Maksudnya: kecambah akan terus bertumbuh akhirnya tekdung. Syukur-syukur kalau si laki-laki bertanggungjawab, kalau tidak siap-siaplah jadi sampah. Salahkanlah dirimu jika dibuat lebih buruk dari sampah.
Perempuanlah yang harus pintar jaga diri Jangan sampai menderita.
Pria kalau melakukan aksinya tidak berbekas. Beda sekali dengan perempuan jika disentuh dan disetubuhi akan rusak. Sekali rusak tetap rusak. Disamping itu, akan selalu menjadi korban. Akan tetapi kalau yang muda ini diajari, suka melawan dan ngewel. Dikira tidak senang dia pacaran padahal orang yang menasehati supaya mereka tidak terjebak dalam masalah. Sama kayak yang aku kenal, dinasehati supaya tidak menerobos bahaya virus Corona, malah ngeyel ajak pacarnya dengan alasan lama sudah tidak ketemu. Set,,, gobloknya orang yang cinta buta. Nasihat untuk kebaikannya dianggap ketidaksukaan.
Kasihan perempuan yang selalu korban kejahatan pria. Virus Corona bisa membunuh, malah dilawan alasan lama tidak ketemu. Goblok itu disimpan dulu, sampai Corona virus selesai. Setelah itu keluarkanlah semua kegoblokan itu. Jangan sampai mati konyol dalam kegoblokan. Jangan sampai jadi sampah yang dibuang pria karena kegoblokan yang hakiki.
Post a Comment for "Cinta itu Buta; Saking Butanya, Sampai Tidak Bisa Lihat Bahaya Mengancam Didepan Matanya"