Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

9 LANGKAH CARA MENGHINDARI PERCERAIAN DALAM PERNIKAHAN

Cara menghindari perceraian dengan berpegang teguh pada janji pernikahan
Cara menghindari perceraian dengan berpegang teguh pada janji pernikahan

Konflik didalam keluarga seringkali terjadi, dan nyaris tidak bisa dihindari, dan orang menyebutnya sebagai bunga-bunga pernikahan. Akan tetapi, konflik yang berkepanjangan akan merusak pernikahan itu sendiri. Tidak heran dari konflik kecil yang bermula dari hal sederhana,  bila tidak segera di selesaikan bisa menimbulkan pertengkaran hebat dan bahkan sampai perceraian. Jika hal ini terus dibiarkan dan tidak diatasi dengan baik maka bisa berakibat timbulnya perceraian. Sebagai pihak yang terlibat, sebaiknya berupaya agar selalu mengingat komitmen diawal pernikahan dan berusaha menghindari terjadinya perceraian.



Namun pernahkah berpikir saat pertengkaran dan terjadi kesalahpahaman, bagaimana cara terbaik mengatasi agar tidak terjadi perceraian dalam rumah tangga antara pasangan suami istri? Atau sebaliknya saat masalah datang, malah sibuk memikirkan diri sendiri dan rasa pesakitan yang sedang dialami? Sibuk memikirkan perlakuan pasangan, lalu memikirkan untuk mengakhirinya? Memang secara daging masalah seringkali mengkerdilkan pikiran manusia, tak terkecuali pasangan yang sudah menikah, lalu buru-buru membuat keputusan yang salah. Tetapi sebelum itu terjadi, jika kamu orangnya yan sedang mengalami, baca dulu baik-baik artikel ini sampai habis, supaya kamu tidak mengambil keputusan yang salah dan pada ujungnya menyesal dibelakang. 
Yang harus kamu lakukan saat masalah menimpa rumah tanggamu, supaya terhindar dari terjadinya perceraian adalah:


1. Bangun Kesetiaan dan komitmen dalam diri dan pernikahanmu


Komitmen dan kesetiaan merupakan dasar yang kuat dalam sebuah pernikahan. Karena jika berfikir dan berfokus kepada pilihan kamu yaitu pasangan sendiri bahwa pasangan yang kamu nikahi itu adalah yang terbaik, maka setiap pasangan akan memegang teguh janji pernikahannya. Seringkali yang terjadi, pasangan suami istri sering gagal mempertahankan pernikahannya karena kemungkinan lupa akan komitmen dan kesetiaan terhadap pasangannya, atau dari awal pernikahannya tidak ada atau tidak mengerti komitmen. Yang penting cinta dan menikah. Setelah dalam perjalanan pernikahan pasangan mulai menyakiti. Sudah,.. mulai hilang kesetiaan, hilang komitmen, lalu timbul pertimbangan dan anggapan bahwa masih ada orang lain yang lebih baik dari pasangan dia. Kesetiaan menjadi sesuatu yang mahal ketika sudah ada  rasa sakit - menyakiti dari pasangan. 

Sebelum menikah, komitmen harus ditanamkan didalam diri masing-masing, karena didalam pernikahan tidak ada yang tidak ada rasa sakit. Percayalah, masalah dan pesakitan itu akan menyertai perjalanan pernikahanmu. Yang membedakan kamu dengan orang yang terlebih dahulu memilih bercerai adalah keteguhan hatimu dalam menjaga komitmen dan berusaha tetap setia. Orang-orang yang terburu-buru untuk bercerai adalah type orang yang mau hidupnya nyaman, enak, senang tapi tidak mau berusaha untuk menyelesaikan masalah kepada kebaikan apalagi mengoreksi diri. Bagaimana pun sulitnya pernikahan, komitmen untuk tetap menjaga kesetiaan terhadap pasangan atau jodoh yang sudah dinikahinya harus dipertahankan. 


Ketika kesetiaan sudah mulai luntur, bagimu orang lain yang diluaran sana akan lebih baik, dan akan membanding-bandingkan pasanganmu dengan orang lain. Ternyata si A lebih baik. Stop ya membandingkan dirimu dengan orang lain. Berfokuslah membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan pasangan hidupmu, bukankah sebelum menikah kamu sudah menyakini bahwa si-dia-lah yang terbaik bagimu dan merupakan pilihan hidupmu?.



2. Membangun komunikasi yang baik


Komunikasi yang terjalin dengan baik akan memberikan ruang bagi pasangan  suami istri untuk selalu terbuka satu sama lain yang merujuk kepada  hubungan yang harmonis. Kesalahpahaman seringkali terjadi karena kurang komunikasi, lalu apa yang terjadi? Masing-masing akan saling membangun persepsi yang salah satu sama lain.  Dan akibat dari ketidak-terbukaan ini, akan timbul saling curiga mencurigai, akan saling menyimpulkan sendiri pendapatnya tanpa adanya pemahaman yang benar terhadap suatu masalah dan tidak ada  usaha untuk bertanya dan menggali titik masalah yang terjadi diantara pasangan sebagai dasar untuk memulai perbaikan..


Dengan buruknya komunikasi maka sulit untuk sekedar duduk bersama untuk bermusyawarah dalam memecahkan masalah. Padahal, tanpa dibicarakan, mana mungkin tahu apa yang ada dibenak pasangan, mana mungkin masalah selesai? Siapa lagi yang akan menyelesaikan selain mereka yang terlibat? masakan masalah komunikasi harus menunggu ketok palu dari pak hakim,iya kan? Selain dari pada itu buruknya komunikasi dapat memperkeruh suasana, timbul ketidaknyamanan dalam rumah tangga dan yang lainnya tentu mengikuti. Sebaliknya komunikasi yang baik akan mengikat dan menghadirkan hubungan rumah tangga yang hangat dan harmonis. Kamu bisa bercanda, tertawa bersama. Apalagi yang paling bisa buat kamu bahagia selain kamu bisa tertawa bersama? Dan itu  orangnya hanya bersama pasangan hidupmu yang merupakan pilihanmu. Bangunlah komunikasi dengan kelemahlembutan, Karena disetiap hal  yang menyangkut hubungan perlu komunikasi yang intens.



3.   Menerima setiap kekurangan pasangan sebagai dasar untuk saling melengkapi.


Tidak akan bisa mencintai pasangan dengan baik jika fokusnya hanya melihat kekurangan semata. Kekurangan akan membuat kamu menjadi orang pesimis, mengeluhkan, menuntut ini itu sampai merendahkan pasangan apabila ada kesempatan. Padahal, kalau bisa jujur, mana ada manusia yang bisa kamu temukan pasangan yang sempurna, itu tidak akan pernah ada dan nyata. Jangan pernah bermimpi untuk menemukannya, karena itu hanya bayangan yang tidak akan nyata dan hanya melakukan pekerjaan yang sia-sia. Dari pada hanya sibuk mempeributkan yang tidak pernah ada, kenapa tidak mencoba mencintai kelebihan untuk menutupi kekurangan. Dari kekurangan dan kelebihan pasangan, kamu bisa ciptakan kesempurnaan cinta, karena jika sudah berkata "aku mau menikah denganmu" sama saja sudah sepakat menerima sepaket, baik " kekurangan maupun kelebihan"



4.  Saling melayani


Dalam hubungan keluarga tidak ada istilah lebih tinggi atau lebih rendah. Sekalipun Suami di sebut sebagai kepala keluarga bukan berarti derajatnya lebih tinggi dari istri, juga sebaliknya istri bukan berarti lebih rendah dari suami. Hubungan harus saling berjalan bersama membangun keluarga yang berlandaskan atas asas kasih sayang dan saling menyayangi, melayani sesuai porsi masing-masing. Karena hubungan suami/istri bukanlah seperti  perusahaan, dimana ada atasan dan bawahan. Walaupun pada hakekatnya istri harus tunduk kepada suami karena suami disebutkan sebagai kepala keluarga bukan berarti suami bisa berbuat semena-mena terhadap istri. Pernikahan telah mengikatkan dua pribadi dalam satu tubuh, dimana suami disimbolkan sebagai kepala dan dan istri sebagai tubuhnya. Laki-laki yang dianugerahi tubuh yang kuat disimbolkan sebagai kepala keluarga sebagai pusat kontrol dari seluruh angota tubuh. Apabila satu anggota tubuh terluka maka tubuh lainnya termasuk kepala turut merasakannya.

Suami yang baik menjalankan perannya sebagai kepala keluarga termasuk sebagai pencari nafkah untuk memenuhi seluruh kebutuhan dengan penuh tanggungjawab. Disamping itu pria juga berkewajiban mengayomi dan menyayangi keluarga termasuk istri. Istri bertanggungjawab mengelola keluarga dengan baik, melayni suami dan anak-anak dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga.

5.  Menghindari kekerasan Fisik

Seperti pada poin keempat, bahwa hubungan suami istri adalah hubungan relasi/rekanan, fellowship, persahabatan yang jika dijalankan dengan benar, wooowww betapa keluarga berada seperti disurga, iya kan? Nyatanya, terkadang karena perbedaan pendapat terjadi pertengkaran yang berujung kepada pemukuluan atau kekerasan dalam rumah tangga. Padahal, bisa dibicarakan dari hati kehati dengan kelemahlembutan. Apabila ini terjadi, siapa yang disakiti? Semua pasti tersakiti. Yang menyakiti, tersakiti apa lagi yang jelas-jelas disakiti.


Biasanya yang paling dalam merasakan pesakitan adalah kaum yang lemah ☺☺☺
Lagi-lagi yang lemah ini pasti tidak akan kuat menahan pukulan yang di layangkan ke bagian tubuhnya yang lemah. Disinilah keputusan untuk berpisah bisa bermula. Bayang-bayang kekerasan dan ketakutan membuatnya tidak sanggup untuk tetap satu atap. Daripada merasa berada dalam amcaman, lebih baik bercerai. Untuk Terhindar dari perceraian, jangan pernah lakukan kekerasan terhadap pasangan. Sebab apabila kamu sudah pernah memulainya, maka lama-lama akan terbiasa untuk menyakiti. Pakailah tanganmu untuk bekerja keras dan membelai pasanganmu, bukan untuk menyakitinya.



6. Doakan selalu keluarga supaya tetap harmonis.

Doa adalah jembatan terbaik dalam penyelesaian masalah. Bermasalah atau tidak selalu selipkan doa  permohonan keharmonisan bagi keluarga karena doa akan selalu menjadi benteng bagi pernikahan yangr kuat. Hanya doa yang mampu menembus ruang paling terdalam dan paling sulit dalam kehidupan pernikahanmu. Saat berdoa, kamu kuat menghadapi masalah yang datang, saat doa kamu mendapat harapan untuk membina keluarga yang bahagia dan di berkati, saat berdoalah ketika masalah datang, mampu memberikan hikmat untuk menyelesaikan. Doakan anak-anakmu, doakan suamimu, doakan rezekimu, dan doakan orang-orang di jumpai pasanganmu biar setiap hari bertemu dengan orang-orang baik dan tepat.



7. Jangan berusaha mengakhiri pernikahan

Masalah selalu menjadi biang dalam pernikahan: masalah anak, masalah keuangan, masalah orang tua, masalah orang ketiga, masalah yang menyakiti. Masalah-masalah ini yang membuat pikiran orang tidak kuat lalu berniat untuk bercerai, eittttsss....tunggu dulu!!! Jangan terburu-buru memutuskan sesuatu apalagi dalam kemarahan. Sebab segala sesuatu yang diputuskan dalam kemarahan, hasilnya tidak akan pernah baik. Sebaiknya sebelum memutuskan sesuatu  di pikir-pikir dulu, tenangkan hati. Saat marah, pikiran sedang kalut, tidak dapat berpikiran jernih. Saat kamu merasa tidak ada lagi yang bisa kalu lakukan, rasanya sudah mentok, coba masuk kamar berdoa dulu, minta pertolongan kepada TUHAN. Atau mungkin kamu perlu seorang korselor untuk untu memberi arahan dan masukan supaya tidak salah langkah. Saat ini begitu banyak konselor keluarga yang bisa memediasi para pasangan, jangan buru-buru kepengadilan untuk minta ketok palu.. Konsultasikan masalah pernikahan anda baik kepada keluarga, sahabat, pemimpin rohani anda atau pun  ke konselor keluarga. Dengan begitu akan banyak motivasi dan masukan yang bisa mengubah pandangan kamu tentang pernikahan dan dampak dari perceraian. Nasihat-nasihat para sahabat, keluarga yang memang berpikiran positif kemungkinan dapat membantu mengambil langkah tepat sehingga untuk bercerai pun  akan semakin kecil.

Sebesar apapun masalah pasti ada solusi dan jalan keluarnya. Carilah jalan keluarnya, jangan biarkan masalah menang atas hubungan pernikahanmu, berusahalah memikirkan bagaimana menyelamatkan pernikahan bukan sebaliknya, karena perceraian tidak perlu dipikirkan. Jangan biarkan keluargamu korban dari kegagalan, karena korban akan tetap menjadi pihak yang rugi dan menderita.


8. Bangun keluarga dengan terpisah dari orang  tua

Pada beberapa kasus perceraian terjadi karena adanya campur tangan dari orang ketiga dan juga orang tua. Saat pria dan wanita memutuskan untuk menikah, saat itu juga mereka harus memutuskan untuk meninggalkan rumah orang tua mereka dan bersatu dengan pasangannya. Karena saat keputusan sudah diambil itu berarti pria dan wanita sudah siap dengan setiap resiko termasuk untuk meninggalkan rumah orang tua dan seluruh kenyamanannya, artinya pria dan wanita akan bersatu membangun sebuah hubungan yang baru bersama.

Tidak semua orang tua care terhadap orang baru (mantu atau menantu) yang masuk kerumahnya apalagi ke-kehidupannya. Apalagi jika diawal hubungannya orang tua sudah pernah menentang hubungan tersebut karena tidak setuju. banyak alasan mengapa mereka tidak setuju, mulai dari alasan yang dicari-cari samapi dengan alasan yang memang bisa diterima. Orang tua yang egois itu masih banyak. Orang tua yang hanya memikirkan diri sendiri dan mengabaikan kebahagiaan anaknya. Anak sudah menikah dan sudah bahagia bersama anak-menantunya, tetapi ada orang tua yang arogan yang berusaha memisahkan dan menghancurkan pernikahan anaknya. Orang tua macam apa, coba? Orang tua yang seperti ini sepertinya lupa bahwa ia juga pernah jadi mantu/ menantu di keluarga baru. Iya, kalau memang itu sudah pilihan anaknya dan sudah menikah, terima saja. Doakan saja mereka supaya seperti keinginannya, iya kan? beres.....
Tidak usah berusaha menceraikan yang sudah menyatu.






9. Jauhi perselingkuhan

Perselingkuhan menjadi momok yang sangat menakutkan bagi pasangan yang sudah menikah. Tak jarang perselingkuhan menjadi awal hancurnya sebuah rumah tangga. Orang ketiga yang disebut PIL (Pria idaman lain) atau WIL ( wanita idaman lain) disebut perusak rumah tangga. Sedikit saja memberi celah untuk "hantu-hantu" tersebut, bisa lama-lama menjadi racun yang membunuh. Banyak yang akan dibunuh, yang pertama adalah yang pasti kebahagiaan, keharmonisan, kasih sayang dan perhatian. yang kedua adalah keluarga dan yang ketiga adalah masa depan.

Ketiga hal ini adalah seperti mata rantai yang saling mengikat satu sama lain menjadi satu kesatuan. Keutuhan keluarga akan mengikat keseluruhan kebahagiaan, keharmonisan, keutuhan dan masa depan. Masa depan akan jauh jika saling menyakiti. Jangan dikira jika terjadi perseligkuhan tidak ada yang disakiti? Perselingkuhan akan merenggut semua kebahagiaan, keutuhan dan masa depan itu dari  keluarga dari orang yang sudah melakukannya, makanya jangan coba-coba melirik apa yang bukan bagianmu. Bagianmu sudah kamu pilih dan tentukan dan cukup hanya itu, jaga dan urus dengan baik. jangan berusaha mengundang hantu-hantu masuk dalam rumahmu dan pernikahanmu.

Dan yang tak kalah penting periksalah diri kita sendiri, karena terkadang kita tidak menyadari bahwa kitalah yang melakukan kesalahan yang membuat hubungan bermasalah.



Post a Comment for "9 LANGKAH CARA MENGHINDARI PERCERAIAN DALAM PERNIKAHAN"